Masih tentang hujan. Segerombolan air yang turun dibuang dari angkasa, entah sudah tak dibutuhkan oleh langit, atau memang sengaja dihibahkan sebagai penghargaan. Seperti berkompi-kompi serdadu bermodalkan strategi perang minimalis, menyerang daratan Bumi, beradu dengan tanah. Hujan dan tanah selalu menjadi musuh bebuyutan, namun selalu menciptakan harmoni rasa bagi indera pembauku. Sejak awal mereka turun, sampai nanti gencatan diserukan, hujan bisa membuatku terdiam di sisi teduh, selama apa pun detik, menit bahkan jam yang dibutuhkan. Merekalah pemecut roda gigi dalam otak berputar dalam rotasi-rotasi berkecepatan tinggi, yang menjadikan ilham lahirnya ribuan puisi dan prosa tentang cinta.
Di waktu usai tugasnya, aku kembali mendarat pada realitas, melanjutkan semua yang sengaja kutunda..
..for the best rain I’ve ever had.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar