Bayangin, lo sedang berada di jalan yang baru. Lalu disana lo bertemu dengan orang baru juga. Kalian bercerita banyak hal dan lupa waktu. Lama kelamaan, kalian dekat tapi sedekat apapun kalian tetap nggak akan ada perasaan. Kalian saling menyadari hal itu dan kalian menyebut diri kalian.. "teman dekat".
Setiap hari dia selalu datang menemani lo di jalan baru itu. Jika jalannya terjal, dia berusaha menolong, menopang lo. Jika jalannya curam, dia akan membopong lo. Dan, perasaan "nyaman" itu datang.
Lo mulai terbiasa dengan kehadirannya. Lo mulai hafal dengan apa dia akan marah, sedih, kecewa. Lo tau kesukaannya dan keinginan terbesar dia di masa depan. Dia pun juga. Sayangnya, dia tiba-tiba saja menghilang di suatu hari.
Lo benar-benar merasa kehilangan sosok dia. Merasa ada yang kosong dan hampa. Rutinitas yang biasa lo lakukan dengan dia menjadi suatu kekosongan. Kekosongan yang lo sendiri merasa nggak bersemangat dan nggak berdaya lagi melakukan apapun.
Waktu terus berlalu, dan dia belum juga menampakkan diri. Lalu lo larut dalam kegundahan dan kesedihan. Lo merasa hampa. Di titik itu, lo sudah sangat tau betul bahwa lo benar-benar terlambat menyadari perasaan suka, nyaman, sayang lo ke dia. Di titik itu juga lo tau, bahwa pepatah "lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali" tidak mempunyai arti apa-apa. Semua sudah terlambat dan dia telah pergi, entah kembali, entah tidak.
Malam, dia datang membawa kenyenyakan, lalu pergi meninggalkan mimpi semalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar