Translate

Sabtu, 24 Agustus 2013

Mata jendela hati

Hari itu, matanya sendu sekali. Berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Kali ini hatinya terasa sangat perih. Walau tanpa bicara, aku dapat merasakan itu dari tatapan kosong kedua matanya. Semua kepiluan yang ia rasakan, berhasil terpancar melalui tatapan. Karena mata.. adalah jendela hati.
Dengan mata yang sendu, ia tetap mencoba mencari satu hal yang baru. Tanpa henti ia membuka lembaran demi lembaran, dari tumpukan buku pengetahuan. Dia mengerti bahwa buku akan membawanya mengenal dunia. Dunia yang awalnya terasa sangat luas tanpa ujung, dapat berubah menjadi sekecil bola kelereng, hanya karena sebuah buku. Seperti kata orang, buku adalah jendela dunia.
Ibarat kata, buku dan sepasang mata memiliki kesamaan. Kedua hal tersebut dapat membantu kita, melihat segala sesuatu yang belum tentu dapat kita lihat secara nyata.

Jumat, 23 Agustus 2013

Roti gandum dan segelas kopi

Seperti biasa kita berbincang santai di salah satu sudut piazza ditemani roti gandum dan espresso kesukaan kita. Kita menyaksikan orang-orang berlalu lalang dan berkomentar jahil tentang tingkah mereka. Kita merasakan hembus angin malam dari salah satu sudut kota untuk melarikan diri dari kepenatan dan tanggung jawab. Kita berbincang dan menumpahkan keluh kesah. Mencari pembenaran atas apa yang kita lakukan untuk menghadapi dunia. Ya, kita memang cocok. Pembicaraan kita selalu bersambut dan berlanjut dengan nyamannya. Namun kenyamanan yang kita rasakan tak lantas menjadikanmu pantas bertanya dengan siapa aku pergi, di mana aku saat kau membutuhkan teman bicara, juga apa yang aku lakukan saat ini. Roti gandum dan segelas kopi memang tepat untuk menunda rasa lapar dan membawa pikiran kita pergi jauh dari kepenatan, tapi bukan paduan yang pas untuk kujadikan menu makan malam setiap hari. Itulah kita.

Senin, 19 Agustus 2013

Penjaga pintu

Menanti, selalu menanti apakah harapan nya itu yang muncul dibalik pintu yang ia buka. Namun mungkin lebih sering kekecewaan yang didapat. Karena harapan terlalu tinggi dan terlalu kerap memikirkan harapan itu.
Menyambut, bahagia harapannya telah tiba. Tersenyum padanya. Berangan terlalu tinggi. Dan terjatuh kembali saat harapan itu tak sesuai harapannya. 
Menerima, menerima semua perlakuan harapannya dengan rendah diri, merasa tak pantas. Ya, ia hanya penjaga pintu. Tertunduk kagum, bahagia, takut. Dan berujung kekecewaan pada dirinya sendiri.
Menutup, merelakan dan hanya berteriak dalam bisu pada punggung harapan yang entah kapan ia kembali. Hanya doa yang tercurah dalam penantian harapannya. Dan penjaga pintu tetap menjadi penjaga pintu untuk menanti harapan menjemputnya.

Jumat, 16 Agustus 2013

Super-mega-codes

You keep playing codes, for me, so I can notice it and respond. If I failed to read it, you get mad.
I know the codes, but (I’ll keep pretending) I don’t care.
Because life is not about codes, it’s about truth.

Rabu, 14 Agustus 2013

Rekoil

Tenggelam yang kali ini sudah terlalu jauh, terlalu dalam. Terlanjur tenang. Sia-sia untuk mengepak kembali ke permukaan dan bernapas.

Saatnya adaptasi dan substitusi udara menjadi air. Menerima kedatangan penghuni baru.

Jumat, 09 Agustus 2013

Spasi

Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi?
Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang? Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu.
Napas akan melega dengan sepasang paru-paru yang tak dibagi. Darah mengalir deras dengan jantung yang tidak dipakai dua kali. Jiwa tidaklah dibelah, tapi bersua dengan jiwa lain yang searah. Jadi, jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang.
Mari berkelana dengan rapat tapi tak dibebat. Janganlah saling membendung apabila tak ingin tersandung.
Pengang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring dan bukan digiring.


Spasi dalam Filosofi Kopi, Dewi "dee" Lestari.

Kamis, 08 Agustus 2013

Batas

Mereka bilang terus berjalan, dekati, ajak ksatria itu berbicara sebelum bidadari lainnya mengisi hatinya.
Entah.
Mereka tahu, sekali aku berjalan tak ada hal lain dibelakang, jika kau tahu maksud ku.
Siapa dirimu? 
Yang aku tahu malam kau terbuka tapi siang lain cerita.
Aku pun tak yakin kau memijakkan kaki di ibu pertiwi, karena ksatriai tak tinggal di bumi.


Batas.
Aku tak mencari mu.
Hanya waktu ini ibarat penjara.
Aku baru saja dibunuh, darah tumpah ruah dan luka ku masih basah.
Batas ini yang membuat ku duduk tenang melihat mu berjalan, membiarkan ksatria lain berbicara lancang.
Mungkin nanti, karena Tuhan pun tahu kita berpotensi, untuk berdua selami dunia.
Asal,
Kau mau menjalaninya dengan keterbatasan cinta, budaya, agama dan aku sebagai manusia.
vice versa.

Jumat, 02 Agustus 2013

Berbicara untuk didengarkan

Berbicara kadang kala lebih baik dalam gelap, karena dalam kegelapan kedua telinga bisa lebih memperhatikan percakapan dari lawan bicara. Hanya perlu mendengarkan tanpa perlu khawatir adanya penilaian dini terhadap visual, yang ditakutkan nantinya akan menghakimi.

Sometimes, all we need is someone to listen, without being afraid of judgement. But not everyone is capable of doing so.